MULAI BULAN JANUARI 2011, DIHARAPKAN KEPADA SELURUH RA/MADRASAH DILINGKUP KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN BENGKALIS UNTUK MENGIRIMKAN LAPORAN BULANAN BERUPA HARD COPY DAN SOFT COPY (CD) DENGAN FORMAT SEPERTI BIASA, DITAMBAH LAGI FORMAT REKAP LAPORAN BULANAN BARU. FORMAT REKAP LAPORAN BULANAN BARU BISA DI DOWNLOAD DI BLOG MAPENDA :: TERIMA KASIH TELAH MENGUNJUNGI BLOGG INI, KAMI SELALU MENGHARAPAKAN KRITIK DAN SARAN ANDA. UNTUK KEPERLUAN LAINNYA SILAKAN KIRIM KE EMAIL:kasimapenda_bks@yahoo.com

Jumat, 13 Agustus 2010

MA Nurul Jadid Paiton, Percontohan Madrasah Bertaraf Internasional di Jawa

MA Nurul Jadid Paiton, Percontohan Madrasah Bertaraf Internasional di JawaOleh webmaster, 2008-03-28

Madrasah Bukan Pilihan Kedua
Departemen Agama (Depag) telah menunjuk empat MA di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera sebagai pilot project Madrasah Bertaraf Internasional (MBI). Salah satunya adalah MA Nurul Jadid (MANJ) Paiton, Probolinggo, yang mengadopsi sistem pendidikan di Singapura.
--------

"DON’T disturb me," Sherly Dwi Agustin berkata sedikit ketus kepada Nur Aini, kawannya. Dengan muka sedikit masam, gadis berjilbab itu langsung mengambil alih mouse yang sempat diutak-atik temannya itu. Nur terdiam sebentar lalu menyeringai, ’"Okay". Sherly kembali tenang. Dia kembali asyik berkutat dengan microsoft exel-nya.

Saat ditemui Jumat (20/7) lalu di sekolahnya, Sherly dan Nur sebenarnya sedang libur. Tapi dia bersama teman-temannya sedang menyelesaikan beberapa tugas. "This is our study club," katanya ramah.

Itulah sekelumit obrolan sehari-hari para siswi Madrasah Aliyah Nurul Jadid (MANJ) Paiton, Probolinggo. Ya, dua siswi tersebut memang diwajibkan bertutur dalam bahasa Inggris untuk berkomunikasi sehari-hari. Begitu pula dengan ke-16 kawannya, walau beberapa mengaku masih sering menggunakan bahasa gado-gado alias campuran Indonesia-Inggris.

Mereka adalah siswa kelas MBI (Madrasah Bertaraf Internasional) angkatan pertama 2006/2007 alias angkatan rintisan. Segala tugas dan tuntutannya tak beda jauh dengan kelas Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang kini marak dimiliki dan dirintis banyak sekolah negeri. Tak hanya penguasaan bahasa yang jadi target, kemahiran mengoperasikan perangkat Information and Technology (ICT) pun juga jadi tuntutan.

MANJ adalah satu di antara empat MA di Indonesia yang ditunjuk Departemen Agama (Depag) sebagai Madrasah Bertaraf Internasional (MBI). Surat ikatan kerja antara Direktur Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dan MANJ resmi diteken pada tahun ajaran baru 2007/2008. Artinya, MANJ telah memiliki izin resmi operasional MIB. MANJ pun mendapat suntikan dana Rp 750 juta untuk tahun pertama. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan fasilitas menjadi target utama.

Latar belakang terbentuknya MBI, menurut Kepala MANJ Malthuf Siraj, tak lain lantaran tantangan kualitas output pendidikan yang kian ketat. "Selama ini MA selalu diposisikan di nomor dua setelah sekolah umum, padahal kami juga mampu mencetak lulusan dengan kualitas yang sama," papar pria yang juga menjabat sebagai dekan fakultas syari’ah Institut Agama Islam Nurul Jadid (IAINJ) itu.

Dalam mewujudkan produk yang bagus itulah, penekanan kemampuan sains dan bahasa diutamakan. Dua bahasa dipilih, Inggris dan Arab. Bahasa Inggris lantaran bahasa internasional, sedangkan bahasa Arab sebagai identitas MA. "Penekanannya pada keilmuan matematika, fisika, kimia, dan biologi," kata A. Shofi, koordinator MBI.

Menurutnya, Alumni MA tak harus selalu meneruskan konsentrasi jurusan keagamaan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Mereka bisa masuk ke perguruan tinggi manapun, termasuk yang berbau teknologi.

Hingga kini, beberapa siswanya MANJ telah diterima lewat jalur prestasi di beberapa perguruan tinggi negeri bergengsi macam Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gajah Mada (UGM), dan Universitas Airlangga (Unair).

Nah, dengan MBI, jumlah siswa yang meraih prestasi tersebut menjadi lebih banyak.

Shofi menambahkan, saat ini pihaknya belum mungkin membuat seluruh kelas menjadi MBI. Pada tahun ajaran lalu, program itu baru dirintis dengan 18 siswa yang semuanya perempuan. Kini MANJ membuka dua kelas untuk siswa MBI. Terdiri atas 25 siswa dan 25 siswi dengan konsentrasi IPA (penjurusan langsung dilakukan pada semester pertama). Para siswa tersebut dipilih melalui saringan minat dan tes. Mereka haruslah siswa yang pada MTs/SMP selalu duduk pada lingkaran lima besar di kelasnya.

Dua kelas yang kini siap memulai tahun ajaran baru tersebut diberikan pengenalan mengenai MBI, termasuk kurikulum yang digunakan. Shofi mengatakan, MBI MANJ akan mengacu kepada kurikulum yang dipakai sekolah-sekolah di Singapura, yakni penaikan grade.

Target nilai dan pelajaran yang diserap siswa dibuat lebih tinggi. Misalnya, siswa yang masih duduk di kelas satu diharapkan tak merasa "sungkan" untuk melahap materi kakak kelas. Untuk materi bahasa Arab, para guru optimistis dapat memenuhi target tanpa kesulitan. Namun demikian, menurut Shofi, bercakap-cakap dengan native speaker, sang empunya bahasa, juga penting. Oleh karena itu, MANJ juga telah menyusun jadwal berkala bagi para siswanya untuk bertemu dengan akademisi dari Australia dan Mesir.

Genjotan kedua bahasa tersebut bakal dilakukan dalam tiga bulan pertama di kelas, plus pengasahan di lembaga pengembangan bahasa asing yang terletak di setiap pondok siswa. Siswa MBI akan diletakkan pada asrama yang sama agar dapat lebih sering berlatih. Setelah para siswa dinilai mulai terbiasa, ganti materi MIPA yang ditekankan. Empat dosen asal Universitas Jember (Unej) siap menjadi sumber ilmu. MANJ meminta empat dosen untuk turut pula menangani materi MIPA selain 22 guru yang telah siap.

Jadwal belajar para siswa MBI tak berbeda dengan siswa reguler. Kegiatan mulai dilakukan pada 06.00 dengan pengajian umum. Kemudian pada 07.30-13.00 adalah jam belajar di kelas dengan dua kali istirahat. Dilanjutkan dengan kegiatan ekstrakurikuler sampai pukul 16.30. Hanya pada hari-hari tertentu siswa MBI menerapkan metode full day school, menerima materi pelajaran hingga pukul 16.30.

"Siswa MBI juga memiliki hak untuk lebih sering menggunakan fasilitas ICT di sekolah. Siswa dapat mengakses internet selama enam jam sehari," katanya. Angka itu jauh lebih lama daripada siswa kelas reguler (IPA, IPS, Bahasa, dan Agama) yang mempergunakan internet tak lebih dari 2 jam sehari.

Penguasaan ICT juga merupakan salah satu fokus ke depan MBI MANJ. Tak hanya siswa, para guru juga diminta untuk mengasah terus kemampuan penguasaan teknologinya. "Peningkatan kualitas guru dalam ICT dan bahasa memang penting. Kalau soal isi internet yang tak terhitung banyaknya,

Kami belum mengenalkan semuanya kepada siswa. Itulah yang jadi pekerjaan rumah (PR) para pengajar," katanya.

Para siswa MBI MANJ tak dikenai biaya semahal di sekolah-sekolah negeri yang telah SBI. Mereka "hanya" membayar Rp 400 ribu untuk uang pembanguan (satu kali saat masuk), Rp 15 ribu untuk iuran komite (satu kali), SPP Rp 25 ribu, dan uang program Rp 75 ribu (setiap bulan khusus untuk MBI).

Shofi mengatakan bahwa jumlah tersebut amatlah kecil dibanding sekolah lain yang mewajibkan siswa membayar hingga ratusan ribu setiap bulan. "Para siswa kami banyak yang datang dari ekonomi menengah dan menengah ke bawah," katanya.

Meski begitu, MANJ tak ambil pusing. Para guru mengerjakan apa yang telah ada dan siap digarap. Semuanya untuk menjadikan MA juga nomor satu layaknya sekolah umum. Sehingga seluruh cita-cita siswa dapat terwujud, termasuk impian Rofiqoh alumnus MTs Nurul Jadid yang saat ini duduk di kelas MBI, "Saya ingin menjadi dokter," tegasnya. (anita rachman)



Kami Mengharapkan Kritik dan Saran untuk Menyempurnakan Pelayanan Blogg ini. Untuk keperluan lainnya kirim juga ke E-mail: kasimapenda_bks@yahoo.com

Tidak ada komentar: